Diawali
dari sebuah tekad yang besar Tuti Nurhayati mencoba banting setir
membuat boneka demi membantu kebutuhan ekonomi keluarga, pengalaman
membuat bonekanya itu ia peroleh setelah kurang lebih bekerja lima tahun
sebagai karyawan dipabrik boneka Aurora asal Korea. Tuti mengawali bisnis bonekanya
sejak tahun 2001. Pada awal bisnisnya, ia mengalami berbagai kendala
yang dihadapi diantaranya kendala pendanaan dan pemasaran.
Namun berkat kerja keras dan keuletannya, ia berhasil meraih
kesuksesannya sebagai pembuat boneka di Jakarta. Lewat workshopnya di
wilayah Kemayoran Jakarta, omset puluhan hingga ratusan juta rupiah
mampu ia kantongi per bulannya. Dari usaha itu, Tuti tidak terlepas dari
keaktifannya bersama Perkumpulan Keterampilan Keluarga (PKK), di daerah
Kemayoran Jakarta. Yaitu mengembangkan pembuatan boneka yang telah ia
kuasai bersama organisasi perempuan tersebut.
Dengan modal awal yang tidak sampai Rp 1 juta, Tuti memproduksi
boneka-boneka dan mencoba memasarkannya ke toko-toko boneka di Jakarta.
Dari toko ke toko ia jajaki dengan menawarkan berbagai contoh produk
boneka buatannya. Pada saat itu, banyak toko boneka yang sudah memiliki suplai tetap terutama dari pabrik boneka besar sehingga tidak mudah untuk menembusnya.
Menjalankan bisnis boneka tidak semudah apa yang dibayangkan Tuti
sebelumnya. Pada tahun 2006, ia pernah mengalami kejatuhan usaha yang
hampir membawa pada kebangkrutan karena masalah permodalan dan pemasaran
yang berkurang. Akhirnya ia sering mengikuti pameran-pameran dan
hasilnya lumayan. Disamping itu, ia juga mendapat suntikan modal dari
salah satu bank BUMN sebesar Rp 49 juta. Dengan demikian secara perlahan
bisnisnya mulai beranjak naik dan mampu bangkit kembali.
Dalam mengembangkan bisnis bonekanya itu, Tuti selalu memegang sebuah
prinsip yaitu melakukan terobosan pembuatan model dan desain-desain
boneka baru yang inovatif. Semua itu ia pelajari dari berbagai media
seperti televisi, majalah, internet dan lain sebagainya. Melalui 25
karyawannya, ia mampu menjual ribuan boneka per bulan, bahkan dalam
acara-acara khusus untuk promo setiap order mencapai 2.000 boneka untuk
satu perusahaan. Harga boneka yang ia jual pun beragam mulai dari yang
termurah Rp 10.000 hingga Rp 350.000 per buah.
Tuti mengupayakan selalu mengembangkan model produk bonekanya secara
periodik, agar konsumennya tetap tertarik dengan hasil produknya.
meskipun diakuinya untuk beberapa model seperti boneka beruang atau
jenis-jenis binatang lainnya masih menjadi primadona di pasaran. Sedang
untuk boneka karakter jarang ia produksi, karena selain hanya momen
tertentu persaingannya pun sudah banyak.
Kini produk bonekanya sudah dikenal dan dicari orang, tak heran
toko-toko boneka di kawasan Mangga Dua dan Cempaka Mas Jakarta selalu
menjadi langganannya. Penjualannya pun sampai Rp 100 juta per bulan,
meski tergantung orderan. Saat ini produk-produk bonekanya masih
dipasarkan terbatas di pasar lokal saja, diantaranya di wilayah
Jabodetabek, Banjarmasin Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Makasar,
Lampung, dan lainnya. Meski sempat jatuh bangun dalam membangun usaha
bonekanya, akhirnya wanita asal Sukabumi ini telah menikmati bisnisnya
yang berjalan hampir 10 tahun, dengan margin 10%-20% setidaknya ia sudah
bisa menikmati hidup sebagai seorang pengusaha sukses tanpa harus
menjadi orang gajian.
Diakui
Tuti tantangan bisnis dalam bidang boneka ini terus dinamis selain
harus bersaing dengan industri besar, persaingan dengan barang-barang
impor dilakoni terutama terhadap produk-produk boneka asal China yang
terkenal harganya yang murah.
Begitulah nasib seseorang yang tidak ada yang mampu menduganya, yang
awalnya dari seorang pekerja biasa, bisa menjadi pengusaha sukses dengan
menekuni bisnis pembuatan boneka.
Semangat, tekad yang besar dan keuletan perjuangan dari seorang Tuti
Nurhayati dalam menggeluti bisnis bonekanya itulah yang patut kita
jadikan contoh, semoga kisahnya bisa menjadi motivasi bisnis bagi semua wanita. Salam sukses.
Sumber: Detik Finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar