Kamis, 22 Desember 2011

CARA MEMBUAT USAHA DARI NOL

Mencari dan memilih jenis usaha pernah saya rasakan seperti mencari jarum yang jatuh pada rerumputan,juga seperti mencari mutiara di lautan yang luas,luasanya lautan seperti halnya luas dan banyaknya peluang2 di sekitar kita,banyaknya tawaran peluang usaha ,kadang membikin kita juga pusing dan bingung bahkan dari sekian ribu peluang itu tak satupun yang kita realisasikan, Mengapa? lalu dimanakah sang mutiara bisnis itu ?

Tak bisa dipungkiri kadang saya sendiri sering menghakimi peluang2 yang berpotensi itu dengan pertanyaan2,bisnis ini cocok tidak dengan saya? laku tidak nantinya,bagaimana kalau bangrut ? perlu modal besar dan masih banyak lagi pertannyaan senada, yang ujung - ujungnya tidak ada satupun usaha yang pernah kita jalani,dan saya menyadarinya kemudian bahwa dalam bisnis itu harus dikedepankan adalah "Take Action" mungkin kata lainnya berbisnis bukan hanya dibayangkan tapi harus dilakukan, Walaupun dalam hal ini saya tidak mengesampingkan masalah survey dan uji kelayakan sebelumnya,tetapi jangan berlebihan dalam hal ini, singkatnya Realistis dengan kondisi yang ada.

Nah itulah setidaknya yang pernah saya rasakan ketika memulai usaha makanan pada tahun 1999.

Merintis usaha dari nol. Itulah awal keberhasilan yang kini dirasakan oleh Kuncono. Berawal dari hobi membuat hiasan lampu yang berbahan baku kayu dan kain, tanpa disangka mampu melambungkan nama Kuncono, hingga ke sejumlah negara mendunia.Usaha membuat hiasan lampu ini diawali secara tidak sengaja.

Pada 1993, pabrik tekstil tempat Kuncono bekerja melakukan rasionalisasi karyawan. Kuncono termasuk salah satu di antara sekian banyak karyawan yang terkena PHK. Dengan pesangon sebesar hanya Rp 400.000, Kuncono sempat kebingungan. Pesangon yang tergolong kecil ini tentu saja tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidup istri dan ketiga anaknya.Di tengah kebingungan tersebut, muncul gagasan untuk membuka usaha kerajinan hiasan lampu meja. “Saya memang punya hobi membuat hiasan lampu. Tapi tak pernah terbersit produk dari hobi saya ini bisa mendatangkan rezeki melimpah,” kata Kuncono. Dari uang pesangon sebesar Rp 400.000 tersebut, sebanyak Rp 250.000 dipergunakan untuk modal. Ia pun membeli kayu untuk dibuat lampu hias.

Persisnya hiasan lampu buatan Kuncono ini berupa dudukan penyangga lampu meja.Setelah jadi, Kuncono menawarkan kepada beberapa teman dekatnya. Saat itu untuk sebuah hiasan lampu, Kuncono menjualnya rata-rata Rp 50.000. Respon teman-temannya ternyata cukup bagus. Dalam waktu tidak lama, hiasan lampu buatan Kuncono laku keras. Bahkan melalui teman-temannya, mulailah banyak pesanan dari orang lain.

Pemasaran melalui mulut ke mulut ini membuat hiasan lampu yang dibuat Kuncono semakin dikenal oleh masyarakat.Pasar produk hiasan lampu Kuncono.kini tidak lagi hanya dipasarkan di kawasan Griya Bandung Asri, tempat tinggalnya. Hiasan lampu Kuncoro pun mulai dipasarkan di Kota Bandung dan sekitarnya. Tak puas dengan pasar di dalam Kota Bandung, Kuncono mencoba menembus pasar di daerah lain, antara lain, Jakarta, Surabaya dan Bali. Caranya, yakni dengan mengikuti berbagai pameran yang diselenggarakan di kota-kota tersebut. Cara ini terbukti berhasil. Produk hiasan lampu buatan Kuncono ini banyak diminati.

Bahkan melalui pameran ini pula Kuncono pernah memperoleh order dari Korea sebanyak 1000 unit hiasan lampu. Order ini diterimanya sekitar 1996. Menurut Kuncono, order dari Korea itulah awal pertama produk hiasan lampu buatannya menembus pasar ekspor.Orang Korea yang ternyata menggemari hasil karya Kuncono ini sebenarnya meminta Kuncono rutin mengekspor produknya ke Korea. Sayangnya karena keterbatasan modal, permintaan dari Korea itu tak dapat dipenuhinya secara kontinyu. Sadar usahanya yang terus berkembang membutuhkan modal, Kuncono lalu mencoba mencari pinjaman lunak dari pihak ketiga.

Order DubaiTahun 2000, salah satu BUMN yaitu PT Inti memberinya pinjaman dengan total pinjaman sebesar Rp 20 juta melalui program pembinaan usaha kecil koperasi (PUKK) BUMN. Pinjaman ini diterima dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak Rp 7,5 juta dan tahap berikutnya sebesar Rp 12,5 juta. Kuncono mengakui pinjaman ini sangat berarti bagi dirinya. Apalagi saat itu Kuncono kebetulan mendapatkan order dari Dubai Uni Emirat Arab. Kuncono mengaku lupa berapa banyak pesanan dari Dubai yang diterimanya itu. “Yang jelas, pesanan itu dapat kami penuhi. Salah satunya berkat pinjaman dana PUKK BUMN itu,” timpal Kuncono.Karena semakin banyak permintaan maka Kuncono merasa perlu memberi label merek pada hiasan lampu buatannya. Nama anak pertamanya Lanny akhirnya dipilih sebagai nama merek dagang produknya. Hingga kini Lanny Lamp & Art Acessoris menjadi merek dagang produk karya Kuncono.

Ada 3 jenis hiasan lampu yang dibuatnya. Pertama hiasan lampu duduk yang kini dijual seharga Rp 150.000. Kemudian hiasan lampu tinggi dengan harga jual Rp 350.000 serta hiasan lampu yang terbuat dari kain yang mirip lampiun yang dijual antara Rp 125.000 hingga Rp 225.000 per buah. Ketelatenan Kuncono kini memang telah membuahkan hasil. Menurut Kuncono, setiap tahunnya omset penjualan yang dapat dikantonginya mencapai Rp 80 juta. Omset ini sendiri diakui Kuncono sebenarnya telah menurun dibandingkan pada awal tahun 2001.“Sekitar tahun 2001, setahun omset saya bisa sampai Rp 150 juta,” papar Kuncono.

LUKAS SETIAWAN/12114738/12.1B.24

Tidak ada komentar: